Soppeng: Sejarah Awal dan Lahirnya Kerajaan Soppeng



Soppeng adalah sebuah wanua kecil yang memiliki sejarah panjang dan menarik. Dalam buku-buku lontara, tercatat perjalanan pemerintahan raja-raja Soppeng hingga berakhirnya status daerah Swapraja. Sejarah awal Soppeng dikenal sebagai Soppeng ri Aja, yang kemudian menjadi Kerajaan atau Kedatuan Soppeng, bukan Kesultanan.

Kerajaan Soppeng didirikan sekitar tahun 1550 oleh La Mataesso dari gabungan tiga wilayah utama: Soppeng ri Aja, Soppeng ri Lau, dan Tanah Cina di Lembah Walennae, yang saat itu disita oleh La Mataesso.

Kepemimpinan Awal Berbasis Kesepakatan

Satu hal menarik yang tertuang dalam lontara adalah bahwa jauh sebelum berdirinya Kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yang diatur berdasarkan kesepakatan 60 pemuka masyarakat. Struktur pemerintahan kala itu terdiri dari:

  • Arung
  • Sullewatang
  • Paddanreng
  • Pabbicara

Masing-masing memiliki daerah kekuasaan yang dikoordinasi oleh lili-lili. Namun, sebuah musim kemarau panjang memicu huru-hara dan kekacauan. Situasi ini memaksa 60 pemuka masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang pemimpin yang mampu mengatasi permasalahan tersebut.

Kemunculan La Temmamala

Dalam musyawarah besar yang dipimpin oleh Arung Bila, dihadiri oleh 30 matoa dari Soppeng Riaja dan 30 matoa dari Soppeng Rilau, terjadi peristiwa unik. Seekor burung kakak tua terbang melintas dan mengganggu jalannya musyawarah. Atas perintah Arung Bila, burung tersebut dihalau dan diikuti ke mana ia terbang.

Burung itu akhirnya berhenti di Sekkanyili, tempat di mana ditemukan seorang pria berpakaian indah duduk di atas batu. Sosok ini kemudian dikenal sebagai Manurungnge Ri Sekkanyili atau La Temmamala.

Ikrar Bersejarah

Di Sekkanyili, lahirlah ikrar antara La Temmamala dengan rakyat Soppeng. La Temmamala diangkat sebagai pemimpin dengan gelar Datu Soppeng, sekaligus menjadi awal terbentuknya Kerajaan Soppeng. Inilah tonggak sejarah yang menjadi cikal bakal dari Kabupaten Soppeng saat ini.


Refleksi Sejarah

Cerita ini menjadi bukti kuat tentang nilai musyawarah, kesatuan, dan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Soppeng sejak dahulu kala. La Temmamala tidak hanya menjadi simbol pemimpin yang dipilih rakyat, tetapi juga representasi dari solusi bersama di tengah krisis.

Sebagai media yang menjunjung nilai tradisi dan budaya, Latemmamala berkomitmen untuk "Menjaga Tradisi, Menginspirasi Masa Depan", sebagaimana perjalanan panjang Soppeng yang penuh kearifan.

0 Komentar