Para siswa yang tampil adalah Unga Ogi, Sulfia, dan Mesya yang merupakan anak berkebutuhan khusus dengan hambatan pendengaran (tuna rungu Red). Meski memiliki keterbatasan fisik, mereka mampu menampilkan gerakan tarian tradisional dengan sangat apik dan penuh penghayatan di hadapan para tamu undangan dan pejabat daerah yang hadir.
Kepala UPT SLBN 1 Soppeng, Suryadi, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang diberikan kepada anak didiknya untuk tampil dalam perayaan tersebut. Menurutnya, ini merupakan bentuk apresiasi terhadap potensi dan kemampuan anak berkebutuhan khusus yang tidak kalah dengan anak-anak pada umumnya.
"Syukur alhamdulillah diberikan waktu tampil dalam rangka HAN seperti anak normal dengan semboyan SLB beda tapi tidak untuk dibeda-bedakan," kata Suryadi Jumat (8/8/2025).
Menurutnya, anak-anak SLBN memiliki potensi yang sama besarnya untuk berprestasi dan berkontribusi dalam berbagai kegiatan.
Penampilan ketiga siswa ini mendapat sambutan hangat dari para hadirin. Gerakan tarian Tulolona yang mereka bawakan berhasil menggambarkan kekayaan budaya Sulawesi dengan sangat indah, sekaligus membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkarya dan berprestasi.
Kegiatan puncak perayaan HAN ini sendiri merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam memberikan ruang dan kesempatan yang sama kepada semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, untuk mengekspresikan bakat dan kemampuan mereka.
0 Komentar